Assalamualaikum Teman-teman...
Selamat datang di blog saya, kali ini saya akan membahas tentang "Risk and Return" untuk lebih jelasnya mari simak penjelasan berikut, selamat membaca dan semoga bermanfaat.
A. Pengertian Risiko (Risk)
Menurut Fahmi (2014:357), “Risiko sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini. Sementara itu, Husnan (2015:43) mendefisinikan risiko sebagai kemungkinan tingkat keuntungan yang diperoleh menyimpang dari tingkat keuntungan yang diharapkan.
Menurut Zubir (2013) yang dikutip oleh Fawziah (2016) dan Mardani (2017:33), investor akan menanggung sejumlah risiko yang disebabkan oleh berbagai faktor-faktor tertentu yang tidak dapat dihindari. Faktor-faktor tersebut ialah:
- Interest rate risk, yaitu risiko perubahan tingkat bunga tabungan dan pinjaman;
- Market risk, yaitu risiko gejolak (variability) return;
- Inflation risk, yaitu risiko menurunnya daya beli masyarakat sebagai akibat dari kenaikan harga barang-barang secara terus menerus dan umum.
- Business risk, yaitu risiko tantangan bisnis yang dihadapi perusahaan semakin ketat;
- Financial risk, yaitu risiko keuangan yang berkaitan dengan struktur modal yang digunakan untuk mendanai kegiatan perusahaan.
- Liquidity risk, yaitu risiko yang berkaitan dengan kesulitan untuk mencairkan protofolio;
- Exchange rate risk atau currency risk, yaitu risiko perubahan nilai tukar mata uang antar negara;
- Country risk, yaitu risiko kondisi politik, keamanan dan stabilitas perekonomian antar negara.
Mengingat sangat kompleksnya risiko (risk) dalam investasi, maka munculah penyederhanaan dalam teori investasi modern. Dalam teori investasi modern, risiko dapat digolongkan menjadi risiko sistemamtis (systematic risk) atau biasa disebut dengan risiko pasar (market risk) dan risiko tidak sistematis (unsystematic risk).
Menurut Husnan (2015:141), Systematic risk adalah risiko yang selalu ada dan tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi (pembentukan portofolio). Sedangkan Unsystematic risk adalah risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi (pembentukan portofolio). Penjumlahan kedua jenis risiko tersebut disebut dengan risiko total.
Dalam Mardani (2017:34), Secara statistik, risiko investasi dapat diukur menggunakan dua alat ukur, yaitu standar deviasi dan beta saham. Standar deviasi menggambarkan gejolak return saham dari return rata-rata suatu sekuritas. Sedangkan beta saham menggambarkan gejolak return dari return pasar.
1. Sumber-sumber Utama Resiko
Ada beberapa sumber-sumber utama resiko, yaitu:
- Resiko Bisnis
- Resiko Fungsional
- Resiko Daya Beli
- Resiko Suku Bunga
- Resiko Likuiditas
- Resiko Pasar
- Resiko Negara
2. Alternatif-Alternatif Menghindari Resiko
Untuk menghindari resiko yang timbul terhadap aktivitas investasi yang perlu dilakukan alternatif-alternatif dalam pengambilan keputusan yang diambil adalah dianggap realistis dan tidak akan menimbulkan masalah nantinya Tindakan seperti ini dianggap sebagai bagian strategi investasi. Bahwa berbagai keputusan-keputusan strategis akan menghasilkan nilai yang lebih besar bagi perusahaan.
3. Tipe-Tipe Resiko
- Systematic Risk ( Risiko Sistematis) adalah risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan dan tidak bisa dikurangi melalui diversifikasi.
- Unsystematic Risk ( Resiko Tidak Sistematis) adalah suatu jenis risiko yang bersifat internal atau dapat dikendalikan oleh suatu korporasi (perusahaan).
4. Mengelola Resiko
Dalam aktivitas yang namanya resiko adalah pasti terjadi dan sulit untuk dihindari sehngga bagi sebuah lembaga bisnis seperti perbankan sangat penting untuk memikirkan bagaimana mengelola resiko tersebut. Dalam mengelola risiko tersebut pada dasarnya ada 2 cara yaitu:
Memperkecil resiko dan Mengalihkan risiko.
B. Pengertian Tingkat Pengembalian (Return)
Menurut Fahmi (2014:358), Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya. Sedangkan Bodie et., all (2005) mendefinisikan return sebagai penjumlahan sederhana pendapatan yang diperoleh dari setiap dolar yang diinvestasikan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa return merupakan tingkat pengembalian yang diperoleh atas investasi yang dilakukan. Sedangkan tingkat pengembalian yang diharapkan dalam investasi disebut dengan expected return. Selisih antara actual return dengan expected return disebut juga dengan abnormal return (return tak terduga).
Abnormal return bernilai positif artinya return yang terjadi lebih besar daripada return yang diharapkan. Sedangkan abnormal return bernilai negatif artinya return yang terjadi lebih kecil daripada return yang diharapkan.
Setiap jenis investasi memiliki tingkat keuntungannya masing-masing, seperti Sertifikat Deposito Bank yang menjamin return sebesar tingkat bunga yang telah ditentukan BI dan bersifat pasti, Obligasi yang memberikan return yang disebut dengan Kupon dan akan dibayarkan secara periodik atau sekaligus dan bersifat pasti.
Berbeda dengan investasi saham, return yang diterima pada investasi saham ada dua yaitu capital gain atau capital loss dan dividen (dalam Mardani, 2017:32). Return pada investasi saham sangat tergantung pada performance emiten di pasar.
Dengan demikian, investasi saham tidak akan menjamin keuntungan bagi investor (pemodal). Meskipun demikin, investasi saham mampu memberikan return yang lebih tinggi daripada investasi aset bebas risiko. Apabila sobat dapat mengelola investasi dengan baik, bahkan return yang tinggi sekalipun dapat diperoleh.
Jenis-jenis Tingkat Pengembalian
Return realisasi (realized return) bisa diartikan sebagai pengembalian yang telah terjadi. Return realisasi ini dapat menjadi dasar penentu return ekspektasi dan risiko yang akan dialami di masa yang akan datang.
Jenis pengembalian investasi ini dihitung berdasarkan data pengembalian historis. Return realisasi ini penting karena akan digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dan menjadi tolok ukur untuk mengukur return ekspektasi di masa mendatang.
Return ekspektasi merupakan pengembalian yang diharapkan akan didapatkan oleh investor di masa yang akan datang. Berbeda dengan realisasi, jenis ini adalah pengembalian yang belum terjadi.
Suad Husnan (2005) menjelaskan bahwa tingkat pengembalian yang diharapkan merupakan keuntungan yang akan diterima oleh investor atas investasinya di perusahaan emiten di masa yang akan datang. Tingkat pengembalian ini sangat dipengaruhi oleh prospek perusahaan tersebut di masa yang akan datang.
C. Hubungan Risk dan Return
Grafik Security Market Line (SML) di atas menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara risk and return. yang mana risk ditunjukkan oleh E(Rp) atau expected return portfolio pada sumbu Y dan risk ditunjukkan oleh βp atau Beta portofolio pada sumbu X.
Sementara itu, Rf merupakan tingkat keuntungan investasi pada aset bebas risiko dengan risiko sebesar nol (0). E(Rm) atau expected return market merupakan tingkat keuntungan pasar saham. Sedangkan βm atau Beta pasar merupakan risiko pasar yang bernilai 1. Perhatikanlah garis Security Market Line (SML) yang dimulai dari titik Rf dan menuju pada pertemuan titik E(Rm) dan titik βm yang merupakan tingkat keuntungan pasar saham (diukur menggunakan indeks pasar seperti IHSG, LQ-45, JII, dll).
Dari penjelasan tersebut, maka kesimpulan bahwa risk and return berhubungan linear memang benar. Perhatikan garis SML, semakin meningkat E(Rp) maka βp juga semakin meningkat.
Sangat bagus, Terus semangat💪
BalasHapusSangat bermanfaat 👍
BalasHapusSangat bermanfaat👍
BalasHapusKeren ♥️
BalasHapusGood job
BalasHapus