Bagaimana Keadaan Pasar Modal Syariah Selama Covid, Berapa Jumlah Anggota Bursa Syariah?
Assalamualaikum teman-teman..
selamat datang di blig saya, kali ini saya akan membahas tentang Bagaimana keadaan pasar modal syariah selama covid dan berapa jumlah anggota bursa syariah ?? nah untuk lebih jelasnya mari simak penjelasan berikut.
Wabah Virus Corona atau Covid -19 tak sekadar mempengaruhi sisi kesehatan warga dunia. Virus ini ikut menggerus perekonomian global dan merembet hingga ke Indonesia.
Bukti nyatanya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang akhirnya terjun bebas. Semua berada di luar prediksi dan bukan hal yang mudah untuk dikendalikan. Bila sebelumnya rajin bertengger di posisi 5.000-an, IHSG akhirnya menyerah ke level 4.000.
Pada penutupan perdagangan saham, Rabu (18/3/2020) misalnya. IHSG ditutup anjlok 138,78 poin atau 3,11 persen ke posisi 4.317,96. Jika dihitung dalam satu bulan terakhir, IHSG sudah melemah 26,96 persen.
Saking parahnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mendadak sontak menghentikan perdagangan saham sementara (trading halt) pada Jumat, akhir pekan lalu. Langkah mendadak demi menjaga pasar. Penghentian sementara mengacu pada angka IHSG yang sudah susut 5 persen. Trading Halt ini terakhir dilakukan BEI pada 2008 dan 2015.
Meluasnya penyebaran pandemi virus Corona (COVID-19) menjadi sentimen negatif yang mempengaruhi pasar keuangan globlal. Hal ini menyebabkan investor asing keluar dari pasar keuangan domestik terutama saham dan surat berharga negara (SBN) karena ketidakpastian yang tinggi. Penyebaran virus asal Wuhan, China ini, menurut data Johns Hopkins University, hingga 27 Maret 2020, sudah menginfeksi lebih dari 531 ribu orang di 175 negara dan menewaskan 24.053 jiwa. Sedangkan di Indonesia, pasien positif infeksi COVID-19 mencapai 893 orang dan menewaskan 78 orang.
Otoritas Jasa Keuangan mencatat, sejak awal Maret 2020 sampai dengan 24 Maret 2020, investor asing tercatat keluar dari pasar saham dan SBN masing-masing sebesar Rp 6,11 triliun dan Rp 98,28 triliun. Total dana asing yang keluar dari pasar modal Indonesia mencapai Rp 104,39 triliun. Dengan kondisi tersebut, pasar saham melemah signifikan sebesar 27,79% mtd atau 37,49% ytd menjadi 3.937,6, diikuti dengan pelemahan di pasar SBN dengan yield yang rata-rata naik sebesar 118,8 bps mtd atau 95bps ytd.
"Pelemahan ini disebabkan pada kekhawatiran investor terhadap virus Corona yang akan berdampak pada kinerja emiten di Indonesia," urai Deputi Komisioner Humas dan Logistik OJK, Anto Prabowo, dalam keterangan pers yang disampaikan, Jumat (27/3/2020). Kendati demikian, hingga Maret, OJK menyatakan kondisi stabilitas sektor jasa keuangan dalam kondisi terjaga.
Sejak Februari, OJK telah mengeluarkan berbagai kebijakan stimulus perekonomian di sektor perbankan, pasar modal dan industri keuangan non bank yang diharapkan menjadi kontrasiklus terhadap dampak penyebaran virus Corona.
"OJK memantau perkembangan ekonomi global yang sangat dinamis dan berupaya untuk terus memitigasi potensi risiko yang ada terhadap kinerja sektor jasa keuangan. OJK memaparkan, kondisi perekonomian global diperkirakan akan terkontraksi cukup dalam pada semester pertama tahun ini dan mulai kembali pulih pada kedua seiring dengan wabah virus Corona yang terus meningkat di luar Tiongkok.
Sedangkan, perekonomian AS dan Eropa diprediksi akan terkontraksi pada kuartal kedua tahun ini mengingat penyebaran virus Corona di AS dan Eropa baru akan mencapai puncaknya pada April dan Mei, sedangkan perekonomian Tiongkok diprediksi telah membaik pada periode tersebut sejalan dengan mulai melambatnya penyebaran virus Corona di Negeri Tirai Bambu.
Saham di bursa global terus mengalami kerugian akhir-akhir ini. Selain faktor dari dalam negeri masing-masing, penyebab utamanya adalah wabah virus Corona terbaru atau dikenal dengan COVID-19 yang berdampak pada perekonomian global. Bahkan, dilansir dari Antara, saham Wall Street sempat terperosok hingga lebih dari 12 persen dipicu oleh kekhawatiran pasar akibat virus Corona yang terus meluas. Namun, kondisi pasar yang mengalami kerugian besar ini tidak hanya terjadi kali ini. Meski dapat dipastikan bahwa kondisi akan berangsur-angsur membaik, tidak ada yang dapat memberi tahu secara pasti kapan waktu tersebut akan datang.
Ketika pasar saham menurun, mungkin sulit untuk mengukur dan menilai portofolio sementara Anda tidak melakukan apa-apa. Namun, jika Anda berinvestasi untuk jangka panjang, tidak melakukan apa-apa seringkali merupakan jalan terbaik.
Saham syariah terus mengalami peningkatan jumlah dari sisi emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Per 31 Maret 2020, jumlah saham syariah yang diperdagangkan di bursa tercatat sebanyak 441 saham.
postingan anda sangat bermanfaat
BalasHapus